8 Puasa Sunnah Ini Dianjurkan Rasul, Berikut Keutamaannya!
Kebiasaan puasa sunnah sangat melekat pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yakni untuk mendekatkan diri kepada Allah. Banyak sekali keutamaan lainnya, untuk itu kami sajikan informasi mengenai macam-macam puasa sunnah yang dianjurkan Rasul.
Meskipun sunnah, namun keutamaan yang ada pasti membuat Anda tak rela meninggalkannya begitu saja. Jadi, pastikan Anda menyimak penjelasan lengkapnya disini.
Macam-macam puasa sunnah
Berikut adalah 9 macam puasa sunnah yang dianjurkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Puasa Senin-Kamis
Meskipun dua puasa sunnah ini sering disandingkan, namun dikutip dari situs konsultasisyariah.com para ulama menegaskan bahwa puasa Senin-Kamis bukanlah satu kesatuan. Jadi, Anda bisa melakukan di hari Senin saja ataupun Kamis saja.
Alasan disandingkannya hari Senin dan Kamis adalah karena di dua hari inilah catatan amal dihadapkan pada Allah, sehingga Rasul pun sangat suka mengisinya dengan berpuasa.
“Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.” (HR. Tirmidzi no. 747)
Selain merupakan waktu dihadapkannya amal pada Allah, keutamaan hari Senin dan Kamis secara umum dijelaskan dalam hadits Abu Hurairah berikut:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pintu surga dibuka pada hari Senin dan kamis. Setiap hamba yang tidak berbuat syirik pada Allah sedikit pun akan diampuni (pada hari tersebut) kecuali seseorang yang memiliki percekcokan (permusuhan) antara dirinya dan saudaranya.
Nanti akan dikatakan pada mereka, akhirkan urusan mereka sampai mereka berdua berdamai, akhirkan urusan mereka sampai mereka berdua berdamai.” (HR. Muslim no. 2565).
Baca juga: 7 Tips Diet saat Puasa & Rekomendasi Menunya
Puasa 3 Hari setiap Bulan
Puasa tiga hari dalam sebulan acuannya adalah bulan dalam kalender Hijriyah. Tanggal berapapun dapat dipilih untuk menjalankannya karena begitulah yang biasa Rasul lakukan.
Meskipun demikian, Rasul juga menyebutkan hari yang utama untuk menjalankan puasa ini, yaitu pada hari ke-13, 14, dan 15 atau biasa disebut dengan ayyamul bidh.
Dari Abu Dzar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padanya, “Jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriyah).” (HR. Tirmidzi no. 761 dan An Nasai no. 2424)
Puasa Daud
Puasa Daud dilakukan dengan sehari berpuasa, lalu sehari tidak. Jenis puasa ini adalah yang paling disukai oleh Allah.
Meskipun demikian, Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin mengatakan bahwa puasa Daud sebaiknya dilakukan oleh orang yang benar-benar mampu menjalankannya. Sebab apabila kondisi seseorang justru menjadi lemas karena memaksakan diri berpuasa, dikhawatirkan amalan ibadah lain justru ditinggalkan.
Puasa 6 Hari di Syawal
Puasa sunnah di bulan syawal boleh langsung dilaksanakan di tanggal 2 Syawal ataupun mengambil jeda beberapa hari setelahnya. Pelaksanaannya pun boleh secara berurutan ataupun diselang-seling.
Rasulullah menyampaikan keutamaannya yang sangat luar biasa dalam sabdanya, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa setahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164)
Puasa di Bulan Sya'ban
Rasulullah biasa memperbanyak puasa di bulan ini, sebagaimana yang dikatakan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya.”
Arti dari “pada bulan Sya’ban seluruhnya” adalah berpuasa pada mayoritas harinya (bukan seluruh harinya).
Ahlul ilmi mengatakan bahwa puasa di bulan Sya’ban jika dibandingkan dengan shalat wajib maka diibaratkan seperti shalat sunnah Rawatib. Puasa ini seakan-akan menjadi muqaddimah (pembuka) bagi puasa Ramadhan. Sehingga harapannya, orang-orang yang sudah berpuasa di bulan Sya’ban akan lebih siap menjalankan puasa di bulan Ramadhan.
Puasa Dzulhijjah
Sebagaimana kita ketahui bahwa hari raya Idul Adha jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah. Sebelum datangnya hari raya ini, kita dianjurkan untuk mengisinya dengan berpuasa pada sembilan hari di awal bulan seperti yang biasa Rasul lakukan.
Namun tak hanya puasa, amalan sholih apapun yang dilakukan di awal bulan dzulhijjah, khususnya di sepuluh hari pertama akan dibalas dengan pahala besar.
Dalil yang mendasari hal ini adalah riwayat dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzulhijjah).”
Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.” (HR. Abu Daud no. 2438, At Tirmidzi no. 757, Ibnu Majah no. 1727, dan Ahmad no. 1968)
Puasa Arafah
Masih berhubungan dengan penjelasan di poin sebelumnya, kali ini adalah penjelasan mengenai puasa ‘arofah yang dijalankan pada tanggal 9 Dzulhijjah.
Keuatamaan puasa di tanggal ini dijelaskan secara spesifik dalam perkataan Abu Qotadah Al Anshori, “Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa ‘Arafah? Beliau menjawab, ”Puasa ‘Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” (HR. Muslim no. 1162).
Puasa Asyura
Puasa ‘Asyura dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram. Namun, guna menyelisihi Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani), Rasul menganjurkan agar umatnya juga menjalankan puasa sehari sebelumnya yaitu pada tanggal 9 Muharram.
Tahukah Anda? Bulan Muharram adalah sebaik-baiknya bulan untuk berpuasa. Ini dijelaskan dalam sabda Nabi, “Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163).
Baca Juga: Luar Biasa! Ini 7 Keutamaan dan Manfaat Solat bagi Kesehatan
Inilah jawaban Rasul saat ditanya mengenai keutamaan puasa ‘Asyura, “Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu” (HR. Muslim no. 1162).
Hal yang harus diperhatikan dalam berpuasa sunnah
Setelah mengetahui macam-macam puasa sunnah yang dianjurkan Rasul, berikut beberapa hal yang harus diperhatikan agar tidak salah kaprah saat menjalankannya. Inilah rinciannya yang dikutip dari situs Muslim.or.id.
Niat Puasa Sunnah
Puasa sunnah boleh diniatkan setelah terbit fajar apabila belum makan, minum, dan tidak melakukan pembatal-pembatal puasa yang lain.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Pada suatu hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menemuiku dan bertanya, “Apakah kamu mempunyai makanan?” Kami menjawab, “Tidak ada.” Beliau berkata, “Kalau begitu, saya akan berpuasa.” Kemudian beliau datang lagi pada hari yang lain dan kami berkata, “Wahai Rasulullah, kita telah diberi hadiah berupa Hais (makanan yang terbuat dari kura, samin dan keju).” Maka beliau pun berkata, “Bawalah kemari, sesungguhnya dari tadi pagi tadi aku berpuasa.” (HR. Muslim no. 1154).
Menyempurnakan atau Membatalkan Puasa
Kita diperbolehkan untuk menyempurnakan ataupun membatalkan puasa sunnah. Ini adalah pendapat sekelompok sahabat, Imam Ahmad, Ishaq, dan selainnya. Meskipun demikian, mereka semua termasuk Imam Asy-Syafi’i sepakat bahwa menyempurnakan puasa yang sudah dimulai hukumnya sunnah.
Puasa Sunnah bagi Seorang Istri
Jika seorang istri sedang bersama suaminya, maka ia hanya boleh berpuasa sunnah dengan izin suaminya.
Alasan adanya syariat ini sebab ketika suami ingin bersenang-senang dengan istrinya, maka seorang istri wajib untuk segera memenuhi. Sedangkan apabila istri dalam kondisi berpuasa maka ia akan terhalang untuk memenuhi keinginan suaminya.
Dalil yang mendasari hal ini adalah sabda Rasul, “Janganlah seorang wanita berpuasa sedangkan suaminya ada kecuali dengan seizinnya.” (HR. Bukhari no. 5192 dan Muslim no. 1026).
Penutup
Sebagai seorang muslim, sudah seharusnya kita menyempurnakan amalan ibadah kita untuk bekal kehidupan di akhirat kelak. Selain melaksanakan ibadah yang wajib, kita juga bisa melengkapinya dengan ibadah sunnah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah ta’ala berfirman, “….Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan wajib yang Kucintai. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya…” (H.R. Bukhari No 6502)
Diberi petunjuk dan dicintai Allah tentunya menjadi salah satu cita-cita besar seorang muslim. Puasa sunnah yang Rasul anjurkan menjadi salah satu kuncinya. Jadi, jangan sampai menganggap remeh amalan sunnah, ya.
Semoga penjelasan di artikel ini bermanfaat dan menjadi perantara meningkatnya semangat Anda untuk memperbanyak amalan sunnah khususnya puasa. Jangan lupa untuk selalu minta petunjuk dan hidayah dari Allah agar senantiasa istiqomah dalam beribadah.
Barakallahu fiikum.